Untuk pemilihan tahun ini, sebanyak 642 peserta ambil bagian untuk berkompetisi. Mereka adalah pendidik dan tenaga kependidikan dari jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Mereka adalah guru, kepala sekolah, dan pengawas, yang telah melalui berbagai seleksi dari daerah masing-masing untuk sampai di ajang ini.
Dalam kesempatan ini Mendikbud menjelaskan, mengapa acara ini rutin dilaksanakan setiap tahun. Dia mengatakan, melalui ajang seperti ini, pemerintah ingin membangun budaya apresiatif konstruktif. Yaitu budaya yang membiasakan diri mampu memberikan penghargaan dan memberi ucapan selamat kepada orang yang berprestasi.
"Sekecil apapun prestasinya, harus diapresiasi, dan diberi dukungan," demikian disampaikan Mendikbud saat membuka kegiatan Pemilihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (4/09).
Menurutnya, orang yang bisa memberi apresiasi hanyalah orang yang berprestasi. "Karena ia tahu, bahwa untuk berprestasi itu tidak mudah," tuturnya.
Dari 2,9 juta orang guru di Indonesia, hanya sejumlah 600an orang yang bisa hadir dalam kompetisi ini. Untuk itu, Kementerian ingin membangun budaya, siapapun yang berprestasi harus diapresiasi.
Embrio pemilihan guru berprestasi dan berdedikasi tingkat nasional ini, adalah guru teladan. Sejak tahun 1972, pemerintah telah memberikan penghargaan kepada guru teladan, baik tingkat kabupaten/kota, maupun tingkat provinsi dan nasional.
Kalau dihitung dari pemilihan guru berprestasi dan berdedikasi, tahun ini baru angkatan ke 11. Tapi kalau dihitung dari pemilihan guru teladan, maka tahun ini adalah tahun ke 43. (AR)
Sumber : Kemdikbud.
Sumber : Kemdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar